TERAPI LISTRIK ALA REL KERETA API

TERAPI LISTRIK ALA REL KERETA API


Contoh Pasien Terapi Listrik Rel Kereta Api



Terapi alternatif Rel Kereta Api yang dilakukan di Rawa Buaya Jakarta menjadi pembicaraan di mana-mana. Awal dari hebohnya pemberitaan tentang terapi unik ini bermula dari Rawa Buaya, Jakarta Barat. Rel kereta api di situ semakin ramai didatangi oleh warga yang mengaku penyakitnya sembuh saat melakukan terapi rel kereta api listrik. Seperti karakteristiik terapi alternatif lainnya bila unik dan sekali diberitakan akan membooming dan akan ditiru di mana-mana, Namun manfaatnya secara medis dan dampak buruk bagi tubuh belum diketahui pasti. 

Tetapi bahaya tertabrak kereta api sudah pasti ada. Terapi alternatif kereta api listrik diklaim masyarakat dapat mengobati berbagai macam penyakit dengan cara tiduran di rel kereta api Rawa Buaya, Jakarta Barat. Beberapa orang mencoba terapi dengan aliran listrik mengaku beberapa keluhan nyeri, kesemutan dan keram di bagian tangan dan kaki mulai membaik. Dari mulut berbagai penderita itu akhirnya juga tercetus bahwa rel kereta api dapat mengobati kencing manis, darah tinggi, asam urat, penyakit jantung dan penyakit lainnya. Kegiatan yang dianggap terapi ini biasa dilakukan warga ketika terik matahari mulai berkurang. Semakin sore mereka yang datang terus bertambah.


Pasien Terapi Rel Kereta Api
    Umumnya mereka mengaku setelah menjalani terapi penyakit yang diderita membaik. Terapi rel kereta api listrik tersebut dalam dunia medis dapat dianggap sebagai terapi alternatif. Terapi alternatif artinya terapi yang belum terbukti secara medis berdasarkan penelitian dan tidak berdasarkan kaidah ilmu imunoptabiologis di bidang penhetahuan kedokteran Terapi Alternatif Sejak jaman batu hingga jaman modern berbagai terapi alternatif banyak bermunculan di seluruh belahan dunia. Terapi alternatif itu diantaranya adalah terapi lilin, terapi batu giok, terapi kalung, terap igelang magnetik dan yang terakhir adalah terapi rel kereta api listrik. Memang harus diakui terdapat beberapa terapi alternatif yang bermanfaat tetapi tidak bisa dipungkiri terdapat beberapa terapi alternatif yang terlihat kasiatnya hanya dalam jangka pendek.

   Fenomena masyarakat tersebut bukanlah hal baru terjadi di Indonesia. Pendekatan terapi alternatif meski tidak rasional dan tidak sesuai dengan kaidah medis modern lebih sering dapat diterima oleh kelompok masyarakat tertentu. Faktor ekonomi sering disebut sebagai biang keladi mengapa terapi alternatif tumbuh subur. Tetapi bila dicermati faktor ekonomi sebenarnya bukanlah yang utama. Hal ini dapat dilihat sewaktu berobat ke terapii alternatif tidak murah. Bandingkan dengan Rumah Sakit dan Puskesmas terdekat yang relatif sudah menyediakan biaya gratis untuk pasien tidak mampu. Bukan rahasia lagi bahwa banyak masyarakat berduit juga beralih ke terapi alternatif. Memang harus diakui terdapat beberapa terapi alternatif yang berguna bagi masyarakat dan bermanfaat. Tetapi dalam mencerna informasi harus cermat dan cerdas. Bisa saja terapi rel kereta api listrik bermanfaat dalam mengurangi nyeri dan kesemutan di tangan dan kaki. Hal ini dimungkinkan karena gelombang elektrik yang diberikan pada daerah tangan dan kaki dapat meningkatkan fungsi peredaran darah atau metabolisme tubuh. Saat inipun masih ada alat gelombang elektrik lainnya yang digunakan sebagai terapi. Tetapi hal ini perlu diteliti lebih jauh secara medis.

   Tetapi beberapa media telivisi menampilkan pengakuan seseorang bahwa terapi rel kereta api ini dapat menyembuhkan kencing manis, jantung koroner, asam urat atau stroke sangat mungkin jauh dari benar. Kalapun keluhan itu membaik bisa saja karena peredaran darahnya membaik sesaat sehingga keluhan nyeri, kesemutan dan pegal-pegal membaik karena peredaran darahnya yang mendasari keluhan tersebut membaik. Tetapi selama penyakit utamanya tidak dikendalikan maka kuhan tersebut akan hilang sesaat dan timbul lagi. Tetapi adakalanya bila hanya gangguan fungsional biasa terapi yang bertujuan memperbaiki peredarahnya akan membaik seterusnya bukan karena sakit diabet. Asam urat atau lainnya. Hal inilah juga yang terjadi dengan terapi alternatif lainnya yang dapat mengklaim menyembuhkan segala penyakit. Karena pada dasarnya hampir semua penyakit sistemik dapat menganggu peredaran darah yang dapat mengakibatkan keluhan tersebut. Bila gangguan peredaran darah tersebut diperbailki akan memperbaiki gejala tetapi bersifat sesaat yang akan timbul lagi bila penyebabnya tidak diperbaiki. Penilaian keberhasilan terapi alternatif dan terapi medis berbeda. Tidak seperti dalam terapi medis untuk menilai keberhasilan terapi harus dengan alat ukur klinis dan laboratorium.

  Dalam terapi alternatif biasanya alat ukur yang dibuat adalah pengakuan penderita. Seringkali sugesti dan faktor kepercayaan membuat nyaman secara psikologis sehingga keluhan penyakitnya sementara tertutupi. Hal ini akan membuat lebih spektakular dan bombastis bila pengakuan tersebut beredar dari mulut ke mulut atau dihebohkan oleh media masa. Berbeda dengan pengakuan keberhasilan terapi alternatif, sebaliknya ketidak berhasilannya tidak akan beredar dari mulut ke mulut. Hal inilah yang mengakibatkan ketidakberhasilan, efek samping dan komplikasi yang ditimbulkannya dari terapi alternatif jarang terungkap. Berhayakah terapi alternatif Penggunaan terapi alternatif rel kereta api secara klinis masih belum dilakukan penelitian secara menyeluruh tentang manfaat dan efek sampingnya. Sehingga seringkali klinisi tidak bisa mengungkapkan kemungkinan bahaya penggunaan terapi alternatif. Sampai saat inipun masih belum ada penelitian klinis yang dapat membuktikan efek samping dan bahaya berbagai terapi alternatif. Bahaya dari terapi alternatif adalah sering mengakibatkan keterlambatan penanganan bagi penderita yang seharusnya dapat disembuhkan secara medis. 

  Dampak buruk lainnya adalah pengabaian pengobatan medis yang mendasari gangguannya. Misalnya, pada penderita kencing manis membaik kesemutannya setelah terapi rel kereta. Kemudian penderita meyetop obat diabetnya karena merasa sembuh. Tetapi membaik sesaat tersebut akan menjadi bencana yang lebih besar saat kencing manisnya memburuk lagi. Banyak kasus penderita kencing manis seperti ini tetapi akhirnya berakibat timbul komplikasi stroke, koma atau komplikasi berat lainnya. Keterlambatan penanganan beberpa penyakit tersebut mengakibatkan timbulnya komplikasi yang lebih berat dari penyakit itu sendiri. Dalam keadaan tertentu mungkin terapi alternatif tidak menjadi masalah bila keadaan penyakit sudah sangat berat dan secara medis dokter sudah tidak bisa menangani lagi. Bila terapi kedokteran dipertemukan dengan terapi alternatif, maka yang timbul adalah perdebatan dan kontroversi yang berkepanjangan.

   Perdebatan akan terjadi antara dokter dan penggiat terapi alternatif karena dasar pemikirannya berbeda. Hal ini juga terjadi bila kita melihat perdebatan hukum antara pakar hukum dan budayawan. Teori kedokteran harus berlandaskan bukti klinis dan berdasarkan imunopatobiologi imu kedokteran. Sementara, terapi alternatif biasanya berdasarkan pengalaman nenek moyang, turun temurun atau berdasarkan rekaan dan pendapat pribadi yang diyakini tanpa berdasarkan pengetahuan ilmiah yang lazim. Terapi medis atau terapi alternatif Di bidang ilmu kesehatan sering dibedakan antara terapi medis dan terapi alternatif. Terapi medis adalah penatalaksanaan atau pengobatan suatu penyakit atau kelainan yang berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.

   Penanganan di dalam ilmu kedokteran harus berdasarkan berbagai latar belakang ke ilmuan kedokteran seperti imunopatobiofisiologis atapun secara biomolekular. Dalam penerpannyapun harus berdasarkan penelitian medis berbasis pengalaman klinis. Secara ilmiah berbagai terapi yang diberikan juga harus berdasarkan pengalaman klinis dengan berbasis pada penelitian ilmiah yang terukur. Dalam kurun waktu terakhir ini pemberian pengobatan di bidang kedokteran sudah beralih ke arah Evidance Base medicine (EBM) atau pengalaman klinis berbasis bukti.

  Tujuan utama dari EBM adalah membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik, maupun rehabilitatif yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan Sedangkan terapi alternatif adalah berdasarkan pendekatan pengobatan tradisional turun temurun baik dari mulut kemulut berbagai pengalaman diperoleh dari warisan nenek moyang yang tidak berdasarkan kaidah ilmiah atau bertentangan dengan ilmu kedokteran.

   Meskipun sebenarnya tidak semua terapi alternatif tidak bermanfaat. Saat ini ada juga terapi alternatif yang mulai disinergikan dengan terapi di bidang ilmu kedokteran seperti terapi akupuntur. Hal seperti inipun harus melalui proses penelitian secara ilmiah yang berlangsung lama, dan memang terbukti secara klinis. Mungkin saja kalau terapi rel kereta api ini bila diteliti secara klinis terbukti dapat digunakan sebagai terapi.

   Banyak juga terapi elektromagnetik dan terapik gelombang listrik yang sering digunakan terapi alternatif mulai diteliti. Terdapat perbedaan mendasar lainnya untuk mengetahui keberhasilan terapi medis dan terapi alternatif. Di bidang medis alat ukur keberhasilan medis harus berdasarkan penelitian terukur dan sahih secara statistik. Misalnya dalam penggunaan obat asma, harus diketahui tingkat keberhasilan dari 100 pemakai sekitar 80 yang berhasil dengan memperhatikan dengan cermat berbagai faktor yang mempengaruhi pengobatan tersebut.

   Sedangkan terapi alternatif, biasanya diukur berdasarkan pengakuan orang perorang dalam menentukan keberhasilannya. Sehingga akurasi dan validitas keberhasilannya tidak bisa diketahui secara pasti. Sering dilihat di televisi dalam acara terapi alternatif oleh seseorang bukan berlatar belakang nonmedis, bahwa pengakuan seorang sembuh karena terapi yang diberikan. Mungkin saja memang penderita tersebut berhasil dengan terapi alternatif tersebut, tetapi tidak diketahui apakah yang tidak berhasil juga lebih banyak lagi. Di bidang medis seorang dokter tidak boleh menyebutkan keberhasilan pengobatan berdasarkan kesaksian keberhasilan seorang pasien tetapi harus berdasarkan penelitian sebuah jurnal kesehatan yang kredibel atau jurnal yang dapat diakses di pubmed secara online

  . Penggunaan terapi alternatif seperti terapi rel kereta listrik ini secara klinis masih belum dilakukan penelitian secara menyeluruh tentang manfaat dan efek sampingnya. Sehingga seringkali klinisi tidak bisa mengungkapkan kemungkinan bahaya penggunaan terapi alternatif. Sampai saat inipun masih belum ada penelitian klinis yang dapat membuktikan efek samping terapi rel kereta api. Kalaupun nantinya mungkin pendekatan terapi tersebut tidak menimbulkan efek samping tetapi ternyata membuat penanganan penyakit lainnya semakin tidak jelas dan pemperburuk perjalanan penyakit dan timbulnya komplikasi dari penyakit yang tidak terkendali dengan baik.

   Dalam kasus seperti ini, media masa juga sangat berperanan melakukan edukasi yang sebenarnya. Bukan malah menayangkan opini masyarakat yang mengatakan bahwa terapi kereta api itu bisa mengobati berbagai penyakit padahal belum ada bukti ilmiah yang menunjukkannya.. Atas dasar itu maka terapi rel kereta api termasuk salah satu jenis terapi alternatif non-medis. Memang harus diakui bahwa mungkin saja terdapat terapi alternatif yang bermanfaat. Sebaiknya masyarakat tetap harus berhati-hati, karena jumlah ketidakberhasilan, efek samping dan dampak bahaya terapi alternatif terhadap kesehatan belum diketahui secara pasti.

   Yang pasti terapi alternatif ini harus dilarang karena bukan karena efek samping bagi tubuh yang belum diketahui. Dilarang karena efek samping yang dapat terjadi adalah nyawa melayang karena tertabrak kereta api dan mengganggu ketertiban umum.

By A. Rofi'ul Abror (08)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Diberdayakan oleh Blogger.